Pada pelaksanaan Operasi Zebra Semeru 2025 yang berlangsung di Surabaya, lebih dari 3 ribu pengendara kendaraan bermotor menerima teguran karena melakukan pelanggaran lalu lintas pada hari ketiga. Operasi ini dimulai sejak Senin, 17 November 2025, dan menggarisbawahi tingginya frekuensi pelanggaran di jalan raya kota pahlawan. Dengan hadirnya operasi ini, pihak kepolisian berharap dapat meningkatkan kesadaran pengendara akan pentingnya tertib lalu lintas sekaligus menekan angka pelanggaran.
Pelanggaran yang Dominan
Dari berbagai jenis pelanggaran yang terdeteksi, pelanggaran tidak mengenakan helm dan penggunaan sabuk pengaman mendominasi teguran yang diberikan petugas. Selain itu, pelanggaran menerobos lampu merah dan berkendara melebihi batas kecepatan juga menjadi sorotan utama. Polrestabes Surabaya menekankan bahwa sasaran dari operasi ini bukan hanya sekedar menindak tetapi juga membina pengendara agar lebih memahami dan mematuhi peraturan demi keselamatan bersama.
Efektivitas Operasi Zebra
Operasi Zebra, yang dilaksanakan oleh kepolisian di berbagai daerah, telah menjadi agenda rutin untuk meningkatkan disiplin berlalu-lintas. Dengan hasil lebih dari 3 ribu teguran dalam tiga hari, pertanyaan mengenai efektivitas operasi ini kembali mencuat. Apakah tindakan ini cukup sebagai deterrent bagi pelanggar lalu lintas atau perlu adanya kebijakan lain yang lebih inovatif? Nilai sebesar hanya mengandalkan denda dan teguran nampaknya perlu dipadukan dengan pendidikan lalu lintas yang lebih komprehensif.
Kendala dan Tantangan di Lapangan
Meskipun tujuannya baik, bukan berarti Operasi Zebra bebas dari kendala. Seperti biasa, penegakan di lapangan sering kali menghadapi resistansi dari para pengendara. Beberapa di antaranya bahkan mencoba menghindari petugas dengan berbagai cara. Tantangan lainnya adalah infrastruktur jalan yang masih memerlukan banyak perbaikan dan pengembangan sehingga bisa mendukung upaya penegakan peraturan lalu lintas dengan lebih efektif.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Operasi Zebra tidak hanya berdampak pada keselamatan lalu lintas tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi dan sosial yang cukup signifikan. Denda yang dijatuhkan mungkin menambah beban finansial bagi sebagian besar pelanggar, apalagi di tengah situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pasca pandemi. Namun, di sisi sosial, kesadaran yang meningkat di kalangan masyarakat dapat mengurangi risiko kecelakaan yang pada giliran akan mengurangi beban perawatan kesehatan karena kecelakaan lalu lintas.
Peran Edukasi dalam Mengurangi Pelanggaran
Selain penegakan hukum, edukasi lalu lintas harus menjadi fokus utama. Melibatkan sekolah, institusi pendidikan, dan komunitas dalam kampanye keselamatan jalan dapat menanamkan pentingnya kedisiplinan dari usia dini. Program pelatihan dan seminar tentang keselamatan jalan raya bisa jadi inisiatif yang efektif untuk mengurangi angka pelanggaran di masa mendatang, menjadikan jalan raya lebih aman bagi semua pengguna.
Kesimpulannya, Operasi Zebra di Surabaya menyoroti pentingnya keberlanjutan edukasi lalu lintas dan penegakan hukum yang tegas. Meski operasi ini berhasil menegur ribuan pelanggar, tantangan masih banyak menanti. Diperlukan sinergi antara aparat penegak hukum, pemerintah, dan masyarakat untuk menciptakan budaya lalu lintas yang lebih baik demi keselamatan bersama. Dengan langkah-langkah edukatif dan kolaboratif yang tepat, diharapkan bisa terwujudnya lalu lintas yang tertib dan aman.

